- Melihat Perempuan- perempuan Tangguh Pulau Kolorai
- 55 Pulau Kecil Digempur Tambang dan Sawit Tak Dibahas Capres
- Kala Pantai Kota Ternate Nyaris Habis karena Reklamasi
- Menelisik Implementasi Kota Jasa berbasis Agro-marine Kota Tidore Kepulauan
- Anak Muda Ternate akan Dapat Ilmu Gratis Soal Medsos
- Melihat Festival Kalaodi, dan Pekan Lingkungan Hidup P3K
- Ini Rencana Pesta Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Malut
- Empat Lembaga Bongkar Bobrok PT Korido di Gane
- Ini Win- win Solution Konflik Tenurial TNAL dengan Warga Adat Kobe
- Di Mare akan Dikembangkan Jambu Mente
Kerusakan Hutan di Obi Cukup Serius
Berita Populer
- Empat Pelaku Spesialis Pencuri Barang Elektronik Diciduk Polisi
- Pulau Obi yang Kaya Kini “Telah Ludes”
- Survei Kecil Kondisi Listrik Pulau-pulau di Maluku Utara
- Riwayat Dusun Raja Suku Tobelo Dalam
- “Sultan Tidore, Morotai dan Jokowi.”
Berita Terkait
Risman menceritakan, setelah banjir kedua sempat dibangun jembatan darurat menggunakan kayu. Jembatan ini dibangun siswa- siswa SMA, dengan tujuan bisa menjadi sarana penghubung bisa ke sekolah.
Hal yang sama juga terjadi saat banjir ketiga 8 Maret lalu. Banjir kembali merusak jembatan darurat yang ada dan hingga kini belum ada perbaikan
Atas kondisi yang miris itu, dia berharap Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan beberapa perusahaan di Pulau Obi tidak menutup mata dengan masalah ini.
“Kami meminta aparat penegak mengecek lebih lanjut dan memporses pelanggar hukum. Terutama yang merusak lingkungan,” desak Muhammad Risman. Mereka juga mendesak baik perusahaan tambang maupun HPH keluar dari pulau Obi karena menjadi biang rusaknya lingkungan. “Dugaan kami PT.Poleko Yubarson telah mencaplok hutan Pulau Obi.
Begitu juga permasalahan perusahaan pertambangan di Kawasi Pulau Obi juga menyimpan masalah. Saat ini pulau Obi semua sudah dikapling. Sementara masyarakat lingkar perusahaan tidak mendapatkan sesuatu,” katanya. Karena itu perlu ada ketegasan pihak berwenang jika hak masyarakat diabaikan seperti itu. Masyarakat sekitar perusahaan banyak berprofesi sebagai petani dan nelayan tetapi jika tanah berkebun dan laut sebagai tempat mencari hasil laut tercermar akibat limbah perusahaan pertambangan tentu menjadi masalah baru dan ancaman kelangsungan kehi
