- Melihat Perempuan- perempuan Tangguh Pulau Kolorai
- 55 Pulau Kecil Digempur Tambang dan Sawit Tak Dibahas Capres
- Kala Pantai Kota Ternate Nyaris Habis karena Reklamasi
- Menelisik Implementasi Kota Jasa berbasis Agro-marine Kota Tidore Kepulauan
- Anak Muda Ternate akan Dapat Ilmu Gratis Soal Medsos
- Melihat Festival Kalaodi, dan Pekan Lingkungan Hidup P3K
- Ini Rencana Pesta Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Malut
- Empat Lembaga Bongkar Bobrok PT Korido di Gane
- Ini Win- win Solution Konflik Tenurial TNAL dengan Warga Adat Kobe
- Di Mare akan Dikembangkan Jambu Mente
Bagaimana Mempromosikan Makanan “Kobong”?
Berita Populer
- Empat Pelaku Spesialis Pencuri Barang Elektronik Diciduk Polisi
- Pulau Obi yang Kaya Kini “Telah Ludes”
- Survei Kecil Kondisi Listrik Pulau-pulau di Maluku Utara
- Riwayat Dusun Raja Suku Tobelo Dalam
- “Sultan Tidore, Morotai dan Jokowi.”
Berita Terkait
Soal makanan kobong merupaka selera setiap orang, untuk mau berkunjung di pasar higenis, punya selera berbeda dari segi makanan, ini bisa membuat orang mengkonsumsi makan pula akan berbeda seperti yang disampaikan sala satu pengunjung, Junaidi yang juga sala Satu Anggota Dewan kota Ternate, ketika ditemui di rumah makan Gamalama oleh kabarpulau.com.
“Bukan ini soal kebiasaan makan, tapi soal gargantang (tenggorokan), bagi saya secara pribadi lebihnya baik dengan ini, dari lahir sampai besar dibiasakan dengan ini dan sangat akrab di garagantang,” katanya.
Menurut junaidi, masakan-maskan ini alami, tidak memakai bahan pengawet dan segalanya. Saya tidak mengklaim makanan siap saji yang pakai bahan pengawet. Karena dari sisi kesehatan makanan tradisional lebih terjamin.
Selanjutnya soal budaya juga, jadi kita harus membudayakan makanan tradisional, semua suku yang berada di Ternate harus bisa melestarikan kebiasaan makanan tradisional ini. dengan dukungan pemerintah menyediakan tempat yang cukup representatatif, bahkan dulu pemerintah juga punya dukungan untuk melestarikan makanan-makanan khas Maluku Utara. Dan ini terbukti tempat yang disediakan.
Ke depan bila perlu banyak tempat yang disediakan dan banyak lagi promisi yang di lakukan. Sehingga orang lebih tertarik bagaimana mecicipi dan melestarikan. Ungkapnya.
Nurlia, (21) saat ditemui di kampus Universitas Muhamadiyah Maluku Utara pukul 11:08, Senin, 21 Agustus 2017. Dia juga pernah melakukan penelitian soal makanan kobong. Dari hasil penelitian yang dia dapatkan. “Ada persaingan, para pedagang popeda, dan sebagian orang juga tak bisa mengkonsumsi popeda,” katanya
Makanan kobong juga merupakan status soial seseorang karena selera orang
