- Melihat Perempuan- perempuan Tangguh Pulau Kolorai
- 55 Pulau Kecil Digempur Tambang dan Sawit Tak Dibahas Capres
- Kala Pantai Kota Ternate Nyaris Habis karena Reklamasi
- Menelisik Implementasi Kota Jasa berbasis Agro-marine Kota Tidore Kepulauan
- Anak Muda Ternate akan Dapat Ilmu Gratis Soal Medsos
- Melihat Festival Kalaodi, dan Pekan Lingkungan Hidup P3K
- Ini Rencana Pesta Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Malut
- Empat Lembaga Bongkar Bobrok PT Korido di Gane
- Ini Win- win Solution Konflik Tenurial TNAL dengan Warga Adat Kobe
- Di Mare akan Dikembangkan Jambu Mente
“Dunia Maluku”
Berita Populer
- Empat Pelaku Spesialis Pencuri Barang Elektronik Diciduk Polisi
- Pulau Obi yang Kaya Kini “Telah Ludes”
- Survei Kecil Kondisi Listrik Pulau-pulau di Maluku Utara
- Riwayat Dusun Raja Suku Tobelo Dalam
- “Sultan Tidore, Morotai dan Jokowi.”
Berita Terkait
Cerita tentang dunia Maluku menurut Andaya adalah cerita yang berlapis-lapis, namun sang penutur cerita khususnya hampir seluruhnya merupakan bangsa Eropa. Selanjutnya, Andaya menyebut bahwa berdasarkan teori-teori klasik dan Kristen yang telah mapan mengenai wilayah pusat dan pinggiran, representasi bangsa Eropa tentang masa lalu mempertunjukkan bahwa rakyat yang dijumpai di Maluku adalah terbelakang dalam hal moral dan budaya. Pandangan-pandangan bangsa Eropa tentang bangsa lain dan kebudayaannya menurut Andaya dengan mengutip Glacken, menemukan cita rasanya terbesarnya pada abad XV dan XVI dimana bangsa secara etnosentris menamakannya zaman penemuan (age of discovery). Konsep bangsa Eropa tentang waktu dan “kemajuan” ini lanjut Andaya betul-betul berkebalikan dibandingan dengan gagasan waktu menurut penduduk bumiputera Maluku yang adalah melingkar dan berurutan. Dua mode penafsiran masa lalu, masa kini dan masa depan, yang berbeda ini merupakan sebah masalah yang mendasar dalam hubungan diantara kelompok-kelompok tersebut dalam zaman modern awal.
Lebih jauh, Andaya menegasan bahwa fondasi dari gagasan-gagasan penduduk bumiputra Maluku tentang dunia dapat ditemukan dalam mitos, kisah, dan serpihan-serpihan dari masa lalu yang tetap bertahan dalam ingatan kolektif. Tradisi-tradisi ini menunjukkan kepercayaan asli terhadap kesatuan mistis yang dikenal sebagai Maluku, yang menghubungkan seluruh pulau dengan banyak ragam komunitas etnolinguistik didalamnya sebagai satu keluarga. Dalam menjaga gambaran ini, hubungan antara pusat dan pinggiran ditandai dengan semua pertanggungjawaban yang saling menguntungkan (mutual). Dalam pandangan Andaya, dunia Maluku, digambarkan dan disahkan melalui mitos itu
